Siapa yang tidak
terhenyuk hatinya jika melihat sodaranya disiksa terus menerus, dan saya yakini
bahwa setiap manusia di muka bumi ini yang masih mempunyai hati nurani dan rasa
belas kasihan yang mendalam maka ia akan merasa sakit dan miris melihat
sodaranya yang sedang disiksa seperti keadaan yang dari dulu hingga sekarang di
palestina, dimana para zionisme yahudi tanpa rasa iba lagi terus menerus
menjatuhkan bom di palestina dan sekitarnya, sehingga dari dulu hingga sekarang
korban yang dihasilkan oleh kebiadaban zionis israel sudah mencapai ribuan
lebih.
Setiap kita melihat
pemberitaan mengenai serangan israel yang terus menggempur palestina sebenarnya
hati kita miris melihatnya, kita merasa geram dan ingin rasanya menghentikan
semua itu. Namun apalah arti kekuatan daya seseorang untuk menentang sebuah
negara, padahal kita menentang suatu yang salah dan sudah sepatutnya ditentang,
tapi hasil tentangan kita tidak akan mengubah penderitaan palestina hingga
sekarang.
Ada
beberapa berita yang saya ambil dari beberapa sumber mengenai kekejaman yang
dilakukan Israel terhadap Libanon dan Palestina tidak akan pernah berhenti
sebelum Israel menguasai kedua wilayah tersebut dan gencatan senjata yang
disepakati tidak akan mampu bertahan lama itu, hal itu pernah terjadi diawal
agresi pertama pada tahun 1982. Hal tersebut dikatakan oleh penulis buku 'Tears
of Heaven From Beirut to Jerusalem' DR. Ang Swee Chai dalam peluncuran bukunya
di MP Book Point, Kawasan Cipete, Jakarta, Selasa (22/8).
“Perdamaian itu tidak akan terwujud tanpa adanya keadilan dan rasa kemanusiaan,” ujar dokter bedah yang mengabdikan dirinya sejak Perang Israel-Libanon meletus tahun 1982.
Menurut Ang, dirinya menjadi saksi korban-korban pembantaian yang dilakukan oleh Israel terhadap wanita dan anak-anak. Kondisi itu telah mengubah pandangannya yang semula mendukung Israel dan menganggap orang-orang Arab sebagai teroris, kini ia mendukung upaya kemanusiaan untuk menyelamatkan korban-korban kekejaman Israel yang pada umumnya adalah bangsa Arab.
Keberpihakan Ang pada masyarakat Palestina dan Libanon dibuktikannya dengan bergabung dalam perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina dan dengan beberapa rekannya, Ang membentuk Medical Aid for Palestine yang memberikan bantuan medis kepada rakyat Palestina baik di wilayah pengungsian maupun di wilayah pendudukan Israel.
“Saya tidak bisa melupakannya, pembantaian itu telah menjadi bagian dari hidup saya, karena itu saya berkeliling untuk menuturkan pengalaman saya kepada orang-orang, saya ingin dunia mengetahui kekejaman yang dilakukan oleh Israel,” tandasnya.
Ia mengungkapkan, hampir setiap hari korban yang harus ditangani secara cepat tak henti-hentinya berdatangan, bahkan sampai larut malam terutama pada saat kondisi genting.
Ang mengaku dedikasinya terhadap Palestina tidak akan pernah berhenti, apalagi saat ini sudah lebih banyak lembaga kemanusiaan dari berbagai negara yang mendukung perdamaian di Palestina dan Libanon, untuk itu dirinya berusaha minimal setahun sekali mengunjungi Palestina dan Libanon.(novel/eramuslim)
Ada juga berita tentang Pasukan Israel menghancurkan sebuah desa
Baduin, Al-Araqib pada Senin (23/4). Penghancuran terhadap desa Baduin ini
adalah ke-37 kalinya dilakukan pasukan Israel.
Pasukan Israel meratakan semua bangunan
milik suku Badui sehingga hanya tersisa sebuah masjid dan pemakaman saja. Usai
perobohan gedung dan bangunan, warga Palestina pun berjanji akan segera
membangun kembali tempat tinggalnya.
Seorang pejabat politik Palestina dari Popular
Front for the Liberation of Palestine (PFLP) Ayman Odeh yang menyaksikan
pembongkaran itu mengatakan, warga jangan sampai meninggalkan desa.
"Jika pemerintah Israel mengetahui tekad rakyat
Palestina untuk tinggal, mereka akan berpikir kembali untuk membongkarnya,
katanya.
Israel
mengklaim desa Al-Araqib, bersama dengan 34 desa Badui lain di Najaf, dibangun
atas tanah milik pemerintah Israel.
Sedangkan warga Baduin dari desa Al-Araqib menegaskan tanah mereka adalah tanah
leluhur yang telah diwarisi dari generasi ke generasi.
Sebelumnya pada November 2011, Israel juga membuldoser empat rumah
warga Palestina suku Baduin. Pasukan Israel membuldoser bangunan dan
mengusir 30 orang warga desa Beit Hanena Al-Tahta, di Ramallah Selatan
(republika)
Masih sangat segar
diingatan kita bahwa ada sebuah kapal yang mengangkut beberapa relawan yang
misi perjalanannya untuk kemanusiaan. Namun, para tertara israel tidak
memandang bulu dalam penyerangannya, sehingga warga sipil dengan tujuan
kemanusiaan pun mereka gempur. Ini adalah suatu penindasan dan penganiayaan
tingkat tinggi. Mereka seperti haus akan nyawa manusia. Selain itu juga pernah
ada pengawas PBB yang sedang menjalankan tugas mereka pun mereka gempur.
Dan ada cerita menarik
disini yang juga saya ambil dari
berbagai sumber . tahukah Anda Siapa Rachel Corrie ? -
Rachel Corrie adalah seorang relawan perempuan asal Amerika yang peduli pada tragedi kemanusiaan di Palestina. Rachel Corrie (April 10, 1979-16 Maret 2003) adalah seorang anggota Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) yang bepergian sebagai aktivis ke Jalur Gaza selama Intifadah Al-Aqsa.
Dari perjalanannya di Palestina, Corrie berkabar pada orang tuanya bagaimana kekejaman zionis Israel yang dia saksikan.Yang membuatnya sedih dan malu terutama karena pemerintahan negaranya Amerika Serikat turut mendukung semua kekejaman di Palestina.Di Catatan hariannya, Corrie menulis “Amerika tak mempesonaku lagi. Ia tak mampu memikatku lagi. Ia pudar dan terlipat di pinggiran pikiranku….” Menurutnya, Rachel Corrie juga ingin menegaskan bahwa masalah Palestina bukan hanya masalah dan beban bangsa Palestina semata tetapi juga tanggung jawab dan empati dunia manapun.
Pada 16 Maret 2003, ia nekad menghadang buldoser Caterpillar D9 bulldozer milik Israel yang berusaha menghancurkan rumah keluarga Samir Nasrallah. Buldoser jelas tak bermata. Tapi tentara Israel di atasnya lebih buta lagi; sama sekali tak berhati. Dengan kendaraan yang beratnya berton-ton itu, ia merangsek ke arah rumah Nasrallah.
Tubuh Rachel yang berlutut di depannya tak dihiraukan. Sang sopir juga abai terhadap teriakan para warga yang disuarakan lewat megafon. Dan rangka Rachel akhirnya remuk dilindas buldoser itu. Ia menghembuskan nafasnya di Rumah Sakit Najar.
Amerika bukannya bereaksi namun malah sengaja membungkam. Kini, nama aktivis ini dikenang dan diabadikan dengan menjadikannya nama kapal dagang yang dibeli para aktivis Negara Irlandia pro-Palestina, MV Rachel Corrie, sebelumnya bernama MV Linda. Kapal MV LInda sekarang berubah menjadi MV Rachel Corrie yang bersiap menembus blokade Israel terhadap Gaza selanjutnya menggantikan enam kapal misi kemanusiaan yang gagal mencapai Gaza akibat serangan brutal Israel .Mereka benar-benar ingin membumihanguskan palestina secara membabi buta tanpa memandang laki-laki, perempuan, anak-anak bahkan orang yang sudah tua sekalipun.
Rachel Corrie adalah seorang relawan perempuan asal Amerika yang peduli pada tragedi kemanusiaan di Palestina. Rachel Corrie (April 10, 1979-16 Maret 2003) adalah seorang anggota Gerakan Solidaritas Internasional (ISM) yang bepergian sebagai aktivis ke Jalur Gaza selama Intifadah Al-Aqsa.
Dari perjalanannya di Palestina, Corrie berkabar pada orang tuanya bagaimana kekejaman zionis Israel yang dia saksikan.Yang membuatnya sedih dan malu terutama karena pemerintahan negaranya Amerika Serikat turut mendukung semua kekejaman di Palestina.Di Catatan hariannya, Corrie menulis “Amerika tak mempesonaku lagi. Ia tak mampu memikatku lagi. Ia pudar dan terlipat di pinggiran pikiranku….” Menurutnya, Rachel Corrie juga ingin menegaskan bahwa masalah Palestina bukan hanya masalah dan beban bangsa Palestina semata tetapi juga tanggung jawab dan empati dunia manapun.
Pada 16 Maret 2003, ia nekad menghadang buldoser Caterpillar D9 bulldozer milik Israel yang berusaha menghancurkan rumah keluarga Samir Nasrallah. Buldoser jelas tak bermata. Tapi tentara Israel di atasnya lebih buta lagi; sama sekali tak berhati. Dengan kendaraan yang beratnya berton-ton itu, ia merangsek ke arah rumah Nasrallah.
Tubuh Rachel yang berlutut di depannya tak dihiraukan. Sang sopir juga abai terhadap teriakan para warga yang disuarakan lewat megafon. Dan rangka Rachel akhirnya remuk dilindas buldoser itu. Ia menghembuskan nafasnya di Rumah Sakit Najar.
Amerika bukannya bereaksi namun malah sengaja membungkam. Kini, nama aktivis ini dikenang dan diabadikan dengan menjadikannya nama kapal dagang yang dibeli para aktivis Negara Irlandia pro-Palestina, MV Rachel Corrie, sebelumnya bernama MV Linda. Kapal MV LInda sekarang berubah menjadi MV Rachel Corrie yang bersiap menembus blokade Israel terhadap Gaza selanjutnya menggantikan enam kapal misi kemanusiaan yang gagal mencapai Gaza akibat serangan brutal Israel .Mereka benar-benar ingin membumihanguskan palestina secara membabi buta tanpa memandang laki-laki, perempuan, anak-anak bahkan orang yang sudah tua sekalipun.
Padahal berbagai cara
sudah pernah dilakukan untuk mendamaikan dan mnghentikan ini semua, namun
zionis tetap saja mengabaikan. Para zionis beranggapan bahwa semua aturan dunia
yang tidak ada kepentingannya dengan urusan nasional mereka maka mereka tidak
akan memperdulikan hal tersebut. Ini berarti membuktikan bahwa teroris dalam
kacamata dunia sebenarnya adalah zionis yahudi israel yang telah
membumihanguskan palestina dan gaza. Ini bisa dibuktikan melalui perilaku
mereka yang tidak ada pandang bulu sama sekali.
Sejujurnya, melihat semua
pemberitaan yang ada mengenai ini tidak ada kata lain untuk israel selain
biadab dan laknattullah. Pemberitaan yang terus ada setiap harinya menambah
daftar panjang kebiadaban zionis israel. Bahkan pertempuran ini semakin hari
semakin memperluas daerah tempur. Maka dari itu, ini semua harus dihentikan
dengan berbagai cara, walaupun itu akan memakan korban dan belumuran darah,
tapi itu sepadan dengan apa yang dilakukan oleh israel terhadap palestina. Maka
dari itu kita kaum muslim butuh adanya persatuan yang kuat, karena darah
palestina juga bagian dari darah kita sebagai sesama kaum muslim. Dengan adanya
persatuan diantara kita maka insya allah kita akan mampu menghentikan
kebiadaban israel dan hidup mulia bersama kesatuan daulah khilafah. Karena hanya
itu yang dapat menghentikan gencatan mereka dan segala problematik yang ada.
Sesungguhnya
problematika al-Aqsha adalah problematika ummat islam, yang harus diselesaikan
oleh setiap orang muslim. Problem ini tidak bisa dibatasi hanya sebagai problem
nasionalisme yang amat buruk atau patriotisme yang sangat keji. Bagaimanapun
para penjual al-Aqsha berusaha untuk membungkam suara yang menghendaki
kebenaran dan mengajak kepada kebenaran, tetapi setiap muslim tetap merasa
bertanggung jawab untuk mebebaskan Palestina, sebagaimana muslim Palestina
merasa bertanggung jawab untuk membebaskan Iraq, Chechnya dan Negara-negara
Islam lainnya.
Jadi masalah ini bukan
hanya masalah palestina, tapi juga masalah kita bersama. Jadi kita butuh yang
namanya daulah khilafah yang mempersatukan kita agar daftar panjang kebiadaban
israel tidak terus terjadi lagi.
Beberapa
bagian data saya ambil dari berbagai sumber
kejahatan israel memang sudah terang-terangan...
ReplyDeletememang sudah niat mengusir rakyat palestina dari tanah airnya
bener banget itu!
Deletekebiadabannya sudah melampaui batas. seharusnya kita memperjuangkan kemenangan kaum palestina sebagai saudara se-muslim kita